Angin ...
Ku tiada kan pernah menyalahkan dirimu pabila saat ini kau tiada lagi berhenti
Sejenak tuk menemaniku meminum kopi hitam kental dengan saputan rasa manis yang tidak teramat di gubuk kecil yang pernah kita bangun bersama di dasar lembah ini.
Ku tiada kan pernah juga menyalahkanmu pabila saat ini kau tiada lagi menemaniku berjalan di ujung halaman tuk menghirup aroma bunga melati yang kita tanam bertahun - tahun yang lalu di dasar lembah ini.
Ku tiada kan pula menyalahkanmu pabila saat ini kau tiada lagi membelai wajahku dengan hembusanmu saat ku selesai menyiangi rerumputan yang kian lebat di dasar lembah ini.
Tiada kan pernah
Dan tiada kan pernah menyalahkanmu
Angin ...
Ku tidak berharap banyak kepadamu tuk bisa berhenti sejenak di lembah yang pernah kita tinggali bersama. Lembah yang memberikan warna pelangi saat senja kian memerah dalam saputan gerimis kecil. Lembah yang pernah menorehkan riak - riak kecil yang kita arungi sambil merajut asa tuk masa depan.
Angin
Ku sangat faham bahwa kau penuh pesona dipadu terlebih saat hembusan angin kau tiupkan ke setiap dasar lembah
Akan tetapi aku juga mengetahui bahwa kau selalu saja berpindah dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Akan tetapi aku juga mengetahui bahwa kau selalu saja berpindah dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Berpindah
Dan selalu berpindah dari lembah yang satu ke lembah yang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar