Malam kian merangkak, saat jarum panjang menunjuk angka sebelas dan jarum pendek bergeser mendekat angka sembilan.
Memang. Belum begitu larut rasanya. Akan tetapi suasana begitu sepi. Sesekali bunyi cicak yang terdengar dengan jelas.
Suasana jalan di depan rumahku pun begitu lengang. Sepi, dan bahkan cenderung senyap.
Kipas angin di ruang tamu masih tetap setia menari - nari, sambil bergoyang ke kiri maupun ke kanan seraya meniupkan udara. Sejenak mengusir rasa gerah dan suasana panas di di seperempat malam ini.
" Sepi memang " batinku
Sejenak ku tarik nafas panjanng, kutark sangat dalam dan perlahan ku hembuskan secara perlahan.
Gundah. Gundah itu kini bersemayam di dalam nuraniku. Di dalam jiwaku.
Kusandarkan punggungku pada kursi plastik yang senantiasa menemaniku di setiap aktifitas di depan meja kerjaku. Meja Kerja ???. Bukan meja kerja rasanya, terlalu mewah dengan sebutan itu. Hanya sebuah meja persegi enam, dekil dan kumal. Yah, cenderung kotor dan berserakan barang - barang di meja ini. Ada printer, kertas bahkan kopi kental hitampun selalu ada di meja ini.
" Mas " Suara berat dan cederung terdengar agak parau. Mungkin habis menangis, fikirku." Aku minta maaf akan semua salah dan khilafku selama ini" suara itu terbata - bata, " Aku mau pergi "
Jujur aku ngga mengerti ke mana arah pembicaraan yang dia lontarkan.
Mohon maaf, mohon maaf akan apa, pertanyaan itu sempat terlintas, walau hanya beberapa detik.
"Sudahkah kau shalat Isya?" ucapku
"Aku baru tidak sholat " jawabnya
"Allah, tidak akan menguji hambanya di atas garis kekuatannya"
Itulah kalimat yang terlontar dari bibirku tanpa bermaksud untuk menggurui
" Kau punya Allah tempat bergantung, tempat kau bersandar " lanjutku ....
Tuut ... tuuut .... tuuut ... suara telfon itu terputus
Di dalam hatiku terus bertanya dan bertanya, akan sebenarnya apa yang sedang terjadi, hingga saat tulisan ini aku postingkan, aku belum peroleh akan jawabannya
Jejak - jejak langkah kaki yang menimbulkan tanya .... Yah, tanyaku pada malam, tanyaku pada bintang, dan tanyaku pada rembulan
Ku tiada pernah kan tahu kapan pertanyaan itu kan perleh jawaban