Sample Text

DALAM KETIDAK SEMPURNAAN FISIK MAKA SAAT INILAH KU BERUSAHA BANGKIT, BERUSAHA BERJALAN DENGAN KEDUA TONGKAT DAN PADA SAATNYA NANTI KU AKAN BERLARI KENCANG SEKENCANG KENCANGNYA

Social Icons

SAAT KAKI KANANKU TIADA KUASA TUK MELANGKAH, KEDUA TANGANKU TIADA KUASA TUK DIGERAKKAN DAN PUNDAK KANANKU TIADA KUASA TUK DIANGKAT, MAKA DI SITULAH AKU TERTIDUR

Selasa, 01 Juni 2010

Memantapkan Kepribadian Bangsa Melalui Pemahaman Nilai-nilai Pancasila

Memantapkan Kepribadian Bangsa Melalui Pemahaman Nilai-nilai Pancasila

Oleh : Elisabeth Nurhaini Butarbutar

Tentu saja kita masih mengingat penggalan salah satu lagu kebangsaan kita "…..Pancasila dasar negara, rakyat adil makmur sentosa, pribadi bangsaku,……"
Untaian kata-katanya sangat tinggi nilai filosofisnya, meskipun lagu tersebut mungkin sudah hampir terlupakan, melihat situasi negara sekarang yang jauh dari budaya kepribadian bangsa kita yang sebenarnya.
Berita-berita yang disuguhkan setiap hari melalui media cetak, elektronik maupun internet tidak lagi melukiskan keindahan untaian kata-kata dalam lagu tersebut. Fenomena kehidupan masyarakat yang sangat sulit untuk menyelesaikan konflik di antara kelompok dengan berbagai ungkapan secara fisik menggambarkan bahwa sesungguhnya pemahaman tentang Pancasila dalam kehidupan berbangsa masih sangat kecil.

Makna lagu di atas, sekurang-kurangnya menggambarkan semangat kebangsaan untuk mempertahankan negara yang dibangun dengan dasar Pancasila, menuju masyarakat adil, makmur dan sentosa, dengan berpijak pada kerangka dasar kehidupan bernegara yang religius, beradab dan berbudaya, menghargai perbedaan tanpa melepaskan nilai kebersamaan dalam bermusyawarah untuk mufakat, dan mengedepankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dimensi Kehidupan
Menjadikan Pancasila sebagai dasar negara merupakan pilihan yang sangat tepat dari para founding father negara kita. Pemikiran yang matang mendahului keputusan tersebut, didasarkan kepada kepribadian dan karakter bangsa Indonesia.
Jadi pada dasarnya nilai-nilai Pancasila sudah melekat pada diri bangsa kita jauh sebelum Ir Sukarno menemukan nama Pancasila. Keberadaan nilai-nilai kebangsaan tersebut tumbuh dan berkembang dari interaksi sejarah sehingga membentuk peradaban yang menjadi ciri khas bangsa kita.
Rangkaian nilai-nilai itu menjelma dalam sebuah kesadaran kolektif masyarakat dan akhirnya menjadi kesadaran berbangsa dan bernegara. Sangat terasa, bahwa Pancasila adalah kristalisasi dari budaya Indonesia, oleh karenanya Sukarno pada pada waktu itu tidak berani menyatakan bahwa Pancasila merupakan hasil dari pemikirannya.
Pancasila mengandung dua dimensi dari keseluruhan hakekat kehidupan manusia, yaitu dimensi vertikal yang mengatur hubungan manusia dengan penciptanya dan dimensi horizontal yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya.
Bangsa Indonesia sejak dahulu sadar bahwa kehidupannya tidak lepas dari campur tangan dari sang penciptanya sehingga harus dijalin relasi dengan Sang Penciptanya. Harus diakui bahwa semua warga Indonesia memiliki keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk semua agama yang diakui di Indonesia.
Bangsa kita juga sadar bahwa kehidupannya tidak lepas dari orang lain sehingga harus menjalin relasi yang baik dengan sesamanya. Oleh karena itu, pada dasarnya semua budaya yang ada di Indonesia, sangat setuju dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, serta sangat menjunjung nilai persatuan.
Menjalin relasi dengan Maha Pencipta dan relasi dengan sesama yang didukung oleh nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan dan nilai politis dalam Pancasila menginginkan perlakuan yang sama sebagai warga negara (equality before the law), mengakui keberagaman budaya, dan agama, sehingga setiap daerah boleh menonjolkan atau melestarikan budaya dan agama masing-masing sebagai ciri khas daerah tanpa memaksakan penampilan ciri itu pada orang lain.
Tantangan Globalisasi
Dalam perkembangannya, nilai-nilai kebangsaan tersebut dihadapkan pada interaksi yang semakin luas dan beragam dengan segala dinamika perkembangan budaya yang mendunia.
Globalisasi menawarkan ragam budaya yang dalam hal tertentu berbeda dengan kepribadian Pancasila. Bahkan pada level tertentu, budaya global tersebut dapat menggeser budaya nasional. Globalisasi menjadi dua sisi mata pedang, di satu sisi memberi manfaat kekuatan bagi eksistensi nilai-nilai kebangsaan, tapi di sisi lain dapat menjadi ancaman yang akan mengubur kepribadian dan potensi yang menjadi karakter sebuah bangsa.
Perkembangan budaya global merupakan kenyataan yang tidak mungkin dihindarkan, karena sudah menjadi bagian dalam setiap interaksi yang suka tidak suka memaksa setiap kesadaran untuk berfikir ulang tentang kesadaran kebangsaan yang melekat pada setiap warga negara.
Dalam situasi seperti ini, ada tiga pilihan yang mungkin dapat ditawarkan, yaitu pertama, menjadi bagian utuh dari arus globalisasi sebagai kepribadian baru dan meninggalkan segala bentuk konservatisme (status quo) budaya yang dianutnya, kedua, menolak atau bersikap apatis terhadap perkembangan dengan menolak setiap pengaruh yang datang, ketiga, memberikan respon kritis dan konstruktif terhadap arus globalisasi dengan merekonstruksi sekaligus merevitalisasi budaya nasional. Bentuk idealnya dari ketiga pilihan itu adalah membuka diri terhadap segala bentuk perubahan yang lebih baik tanpa harus kehilangan kepribadian bangsa dan konstruktif bagi pembangunan budaya bangsa.
Perlu Revitalisasi
Memperingati hari lahirnya Pancasila, hendaknya dimaknai sebagai upaya revitalisasi dan penyegaran terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi negara yang inklusif.
Rasa bangga sebagai Bangsa Indonesia, akan meniscayakan lahirnya harga diri bangsa, sebagai bagian dari nasionalisme yang dapat memantapkan kepribadian bangsa, utamanya dalam mempertahankan kemerdekaan dan menghadapi perubahan dengan berbagai macam nilai yang dibawanya.
Dengan memperkuat tradisi di dalam masyarakat yang bersinergi dengan kehidupan yang majemuk, yaitu tradisi yang memberi ruang bagi perbedaan tanpa kehilangan rasa persatuan (Bhinneka Tunggal Ika). Peningkatan pendidikan kewargaan (civic education) baik pada level pemerintahan maupun masyarakat sehingga terdapat kesamaan visi antar generasi tentang kepribadian bangsa yang tidak hanya dibanggakan tetapi terus dikembangkan.
Penyadaran tentang makna simbol kenegaraan perlu dipahami, dihayati dan disikapi sebagai sebuah penghargaan sekaligus pengakuan atas nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sebagai suatu proses rasionalisasi bukan pengkultusan. Juga keteladanan pejabat negara yang mulai merosot, hendaknya ditingkatkan kembali untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai wujud kepribadian bangsa.***

Diambil dari : http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=56635:memantapkan-kepribadian-bangsa-melalui-pemahaman-nilai-nilai-pancasila&catid=78:umum&Itemid=139


Tidak ada komentar:

GURAT MALAM